Pages

2010/09/02

Dari Analog menuju Digital



Gelombang suara analog ini tidak dapat langsung direpresentasikan atau direkam pada computer. Komputer perlu mengukur amplitude pada satuan waktu tertentu guna menhasilkan sejumlah angka. Komputer melakukan penyimpanan angka tersebut ke dalam sebuah file sebagai data, yang nantinya digunakan saat file tersebut diakses (di-decode menjadi suara). Tiap satuan pengukuran ini dinamakan “sample”.

Sebagai contoh, suatu CD Audio memiliki sampling rate sebesar 44.1 kHz atau 44.100 Hz. Artinya dalam satu detik, sample yang diambil sebanyak 44.100. CD Audio ini merupakan format digital pertama yang dikembangkan oleh Sony pada tahun 1979. Pada tahun-tahun berikutnya, muncul berbagai format dengan media fisik penyimpanan yang berbeda-beda.
.
.
Dari format tersebut, bagaimana ukuran file ditentukan? Pada setiap sample diperlukan 2 byte (atau 16-bit data). Pada kualitas musik yang stereo untuk membedakan jalur kanan dan jalur kiri, maka diperlukan tambahan 2 x 2 byte = 4 byte, sehingga dalam 1 detik yang terdiri dari 44.100 sample, besar file hasil penyimpanan adalah: 4 x 44.100 atau 176.400 byte (172 KB). Jika durasi musik adalah 4 menit, maka ukuran file sebesar 172 KB. * 4 * 60 detik = 41.280 KB (atau 40 MB lebih). Karena begitu besarnya ukuran dari suatu file audio, maka mulailah dikembangkan teknik kompresi agar ukurannya dapat menjadi lebih kecil. Salah satu teknik kompresi adalah dengan mengurangi jumlah sample tiap detiknya. Kompresi ini akan berakibat menurunnya kualitas suara. Sekali kualitas suara diturunkan, maka tidak mungkin untuk dikembalikan ke kualitas suara aslinya, dikarenakan adanya beberapa informasi (sampling rate) yang dihilangkan. Jenis kompresi semacam ini diistilahkan dengan lossy compression. Cara kompresi lain yang dikenal adalah lossess compression.

No comments:

Post a Comment

Linkwithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...